Notification

×

Iklan

Iklan

Sosialisasi Intervensi Penurunan Stunting di Desa Panembong Bayongbong Garut Berjalan Lancar

06 Juni 2022


 


Garut, zonamerdeka.com  - Guna meminimalisir adanya stunting untuk balita khususnya di wilayah desa Panembong, Kecamatan Bayongbong, Kabupaten Garut, Jawa-Barat. Hari ini. Senin,(06/6) petugas dari UPT Puskesmas Cilimus bersama bidan desa Panembong telah melaksanakan kegiatan Sosialisasi Intervensi Penurunan Stunting.  Kegiatan tersebut dihadiri Kanit Bimas Polsek Bayongbong, Bripka Hegar,  kepala desa, Yanto Kriswanto, SE. Sekdes dan peserta sosialisasi sebanyak 15 orang.


Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Anak tergolong stunting apabila panjang atau tinggi badan menurut umurnya lebih rendah dari standar nasional yang berlaku. Standar dimaksud terdapat pada buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) dan beberapa dokumen lainnya.






Kepala desa ( Kades ) Panembong. Yanto mengatakan bahwa penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terhambatnya tumbuh kembang anak. Stunting mempengaruhi perkembangan otak sehingga tingkat kecerdasan anak tidak maksimal.


“Stunting mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan otak. Anak stunting juga memiliki risiko lebih tinggi menderita penyakit kronis di masa dewasanya. Bahkan, stunting dan malnutrisi diperkirakan berkontribusi pada berkurangnya 2-3% Produk Domestik Bruto (PDB) setiap tahunnya,” katanya.


Ditambahkan Yanto, bahwa faktor penyebab masalah gizi khususya di desa panembong, itu ada 6 penyebab langsung masalah gizi pada anak termasuk stunting adalah rendahnya asupan gizi dan status kesehatan.


“Penurunan stunting menitik beratkan pada penanganan penyebab masalah gizi, yaitu faktor yang berhubungan dengan ketahanan pangan khususnya akses terhadap pangan bergizi (makanan), lingkungan sosial yang terkait dengan praktik pemberian makanan bayi dan anak (pengasuhan), akses terhadap pelayanan kesehatan untuk pencegahan dan pengobatan (kesehatan), serta kesehatan lingkungan yang meliputi tersedianya sarana air bersih dan sanitasi (lingkungan),” terangnya.


Keempat faktor tersebut, lanjut Yanto, hal itu dapat mempengaruhi asupan gizi dan status kesehatan ibu dan anak. “Intervensi terhadap keempat faktor tersebut diharapkan dapat mencegah masalah gizi, baik kekurangan maupun kelebihan gizi,” pungkasnya. ( Diky )





ikuti zonamerdeka.com di Google News

klik disini


close