Selasa 18 Mar 2025

Notification

×
Selasa, 18 Mar 2025

Iklan

Iklan

Terkait Swasembada Pangan di Malaka, Begini Kata Pakar Pertanian Profesor Yosep Seran

13 Juni 2022

 



Kupang, zonamerdeka.com - Prof. Ir. Yosep Seran Mau, M.Sc., Ph.D, Guru Besar dalam bidang Penyakit Tumbuhan, dalam wawancaranya dengan media ini, terkait Program Swasembada Pangan di Malaka,  menyebutkan  bahwa, kalau kita berbicara  tentang program swasembada pangan, berarti kita berbicara tentang upaya/usaha memproduksi pangan dalam jumlah yang dapat mencukupi kebutuhan pangan masyarakat dalam suatu wilayah. 


Program unggulan yang dicanangkan oleh Bupati dan Wakil Bupati Malaka, yakni Program Swasembada Pangan, tentu saja berangkat dari  hasil kajian Pak Bupati dan Jajarannya bahwa  produksi pangan di Malaka selama ini belum mampu mencukupi kebutuhan masyarakat Malaka, dan oleh karena itu Pemerintah Daerah perlu melakukan intervensi khusus  melalui Program Unggulan Bupati dan Wakil Bupati, yaitu Program Swasembada Pangan. 


Melalui program unggulan ini, produksi bahan pangan di Malaka diharapkan dapat meningkat dan mampu memenuhi kebutuhan pangan pokok masyarakat, dan jika ada kelebihan produksi, maka hal tersebut merupakan nilai tambah (added value) dari program Unggulan tersebut, karena kelebihan produksi pangan akan dapat berdampak secara ekonomi jika komoditi tersebut dapat dijadikan komoditi unggul yang memiliki nilai jual/nilai ekonomi. 


“Untuk mencapai program swasembada pangan yang berhasil, tentu saja membutuhkan perencanaan yang matang,  membutuhkan Grand Design, dan hal-hal lainnya,  seperti yang pernah disebutkan oleh anggota DPRD Malaka pada media online beberapa waktu lalu. Artinya, Program Besar seperti itu tidak bisa diuat secara tiba-tiba tanpa perencanaan yang matang, dan langsung eksekusi program/kegatan di lapangan,” jelas Prof. Ir. Yosep Seran Mau, M. Sc., Ph.D, kepada media ini, Minggu (12/6).


Dalam membuat perencanaan dan Grand Design Program, banyak aspek yang perlu diperhatikan, termasuk potensi daerah seperti ketersediaan lahan dan air,  dan potensi sumber daya alam lainnya yang mendukung, yang kemudian dituangkan dalam peta perwilayahan komoditas yang menjadi arahan komiditas apa yang perlu dikembangkan. 


Selaian itu, perlu analisis SWOT (Strength/Kekuatan, Weakness /Kelemahan, Opportunity/Peluang dan Threat/Ancaman/Resiko), terhadap program tersebut, ujar Yosep Seran. Misalnya, tanah Malaka snagat subur, artiya kita punya Potensi/Kekuatan,  kemudian apa yang menyebabkan selama ini belum terjadi swasembada pangan, berarti kita harus lihat apa kelemahannya/weakness untuk kita perkuat, agar potensi lahan yang subur dapat termanfaatkan secara optimal atau maksimal untuk mencapai suatu swasembada pangan.


“Kalau sudah ada kajian potensi, kemudian kita sudah petakan kelemahannya, apa saja peluang yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produksi pangan itu sendiri, dan selanjutnya apa saja resiko-resiko yang dapat menyebabkan kegagalan program?  Analisis tersebut akan memberikan arahan terhadap program yang terencana, yang akan diikuti dengan implementasi kegiatan di lapangan  secara terarah sehingga programnya bisa berhasil,” ujar Profesor asal Malaka itu.


 “Saya kira dalam eksekusi Program Unggulan Bupati dan Wakil Bupti Malaka ini, akan jauh lebih mudah Jika Sudah Ada Grand Designnya yang menjadai dasar dan arahan untuk  implementasi program di lapangan, sehingga nanti tujuan program, baik pada level output, outcome maupun impact dapat tercapai. Dan saya percaya, tentu Bupati dan Wakil Bupati serta Jajaran Dinas Terkait sudah memperhitungkan semua hal yang saya sebutkan di atas, sehingga Program Swasembada Pangan ini bisa berjalan dengan baik,” tandas Guru Besar Penyakit Tumbuhan Undana itu. 


Menurutnya, berbicara soal swasembada pangan, kata “pangan” sendiri artinya “bahan makanan”. Bahan makanan masyarakat Malaka itu apa,  tentu saja beras, jagung, ubi – ubian serta kacang – kacangan. Artinya, program swasembaga pangan perlu  difokuskan pada komoditas tersebut, dan tentu saja hal ini yang sementara dilakukan oleh Pemda Malaka melalui Program Unggulan Bupati dan Wakil Bupati tersebut.

 

Lanjutnya, jika ada Bahasa-bahasa bahwa Program Bupati dan Wakil Bupati belum tampak hasilnya, saya kira publik harus menilainya secara obyektif.  Program Swasembada Pangan tidak seperti membalik telapak tangan, satu detik selesai. Butuh waktu lama untuk mencapai hasilnya, sedangkan Pemda Malaka baru saja memulainya melalui Program Unggulan Bupati pada tahun ini. Jadi, kita bersabar menunggu hasilnya sambil tetap memberikan masukan-masukan kepada Pemda jika masih terdapat hal-hal yang kurang dalam pelaksanaannya. 


Selanjutnya, Prof Yosep, menilai suatu program berhasil atau tidak, harus melalui mekanisme evaluasi yang benar. Artinya, kita mengambil kesimpulan setelah ada evaluasi terhadap berbagai indikator kinerja program, terutama indikator output setiap tahun, dan indikator outcome dan impact yang biasanya butuh waktu lebih lama untuk melihat hasilnya. 

Sebagai akademisi, dalam program swasembada pangan, analisis potensi wilayah dan perwilayahan komoditas pangan penting dilakukan. Menurut Prof Yosep, potensi masing masing wilayah di Malaka itu berbeda antara dataran rendah dan dataran tinggi, istilah orang Malaka, Foho dan Fehan, sehingga harus ada kajian perwilayahan komoditasnya, sehingga pengembangan komoditas disesuaikan dengan potensi wilayah. “Kebetulan kami juga, beberapa kali melakukan kajian akademik terhadap perwilayahan komoditas di beberapa kabupaten di Provinsi NTT, dan itu menjadi arahan bagi Pemda untuk menentukan komoditas apa yang cocok dikembangkan di daerahnya. 


Dan, semoga hal ini juga sudah dilakukan oleh Pemda Malaka, atau mungkin sudah ada/dilakukan pada periode kepemimpinan sebelumnya, melalui program Revolusi Pertanian. Jika sudah ada, dokumen itu dapat dijadikan sebagai arahan untuk pembuatan progam komoditas pangan unggulan di Kabupaten Malaka. Sehungga dengan demikian, maka Program Unggulan Bupati dan Wakil Bupati Malaka, yakni Swasembada Pangan dapat kelihatan hasilnya, munkin tidak dalam waktu singkat, tetapi beberapa tahun ke depan.,” tutup Prof. Yosep Seran Mau. 


(Jho Kapitan )





ikuti zonamerdeka.com di Google News

klik disini


close