Penulis: Amatus Rahakbauw
Tak dapat disangkali, bagi kebanyakan umat Kristiyani pada khusunya Jemaat GPdi Jemaat Bethesda Fakfak, hari raya Natal hanya dianggap sebagai peringatan kelahiran Yesus Kristus; pergi ke gereja dan menghadiri perayaan ibadah natal, lalu kembali ke rumah dan bersukacita bersama keluarga.
Namun, Pontius. selaku ketua pemuda Gereja Pantekosta di Indonesia Jemaat Bethesda Fakfak asal Papua Barat.
Memiliki pandangan yang cukup berbeda tentang makna Natal. Ponti lebih memaknai hari raya Natal dari kaca mata iman.
Hemat Ponti, “Natal adalah kelahiran baru dan menata hidup baru dengan berpedoman pada Yesus Kristus.
Natal adalah harapan akan sesuatu yang baru bersama dengan kelahiran sang Juruselamat.
Kelahiran Tuhan Yesus Kristus Anak Raja Daud, merupakan berkat atas diri kita kelahiran ini juga mengajak kita untuk menata hidup kita yang baru di mana kita mampu untuk bergerak menuju dunia yang baru.”
Demikian halnya dengan Ponti, seorang Jurnalis di Wilayah Kabupaten Fakfak Provinsi Papua Barat mengatakan, melalui perayaan Natal, “Semua orang diajak untuk bisa dilahirkan kembali bersama Yesus Kristus dalam Roh dan Kebenaran.
Dengannya hidup kita senantiasa diperbaharui dan terarah pada kehendak Allah.” Namun, untuk menggapai pembaharuan itu, setiap kita harus bisa mengubah sikap dan move-on dari masa lalu yang begitu kelam. Berkaitan dengan itu,
Ponti selaku ketua pemuda GPdi Bethesda Fakfak yang Juga selaku Wartawan di salah satu media Online di Jakarta, menggagaskan: “Natal seharusnya merupakan momen di mana kita mesti berekonsiliasi dengan masa lalu.”