Jember, zonamerdeka.com - Mahasiswa Universitas Jember Teliti Aerogel Berbahan Rami Untuk Atasi Tumpahan Minyak di Laut. Peristiwa tumpahan minyak (oil spill) di laut menjadi bencana alam yang sangat berbahaya. Karena mengakibatkan hewan dan tumbuhan mati akibat senyawa hidrokarbon yang terkandung pada minyak bersifat mudah terbakar dan beracun.
Ekosistem laut yang terkena tumpahan laut pun membutuhkan waktu lama untuk kembali sedia kala, bahkan terancam tak pernah pulih. Oleh karena itu bencana tumpahan minyak di laut harus segera ditangani agar dampaknya tidak semakin merusak. Salah satunya dengan cara membersihkan laut yang terkena tumpahan minyak. Seperti yang dilakukan tiga mahasiswa Universitas Jember, yang mengembangkan aerogel berbahan tanaman rami guna menyerap tumpahan minyak di laut.
Mereka adalah Sofiatul Hasanah dari Program Studi Kimia FMIPA, dan dua mahasiswa Program Studi Teknik Kimia Fakultas Teknik, Difka Augustina Diana Sari dan M. Khoirunnafiuddin. Saat dihubungi melalui aplikasi WhatsApp (23/12), ketua tim, Sofia, menjelaskan sebenarnya banyak cara yang diterapkan untuk mengatasi bencana tumpahan minyak.
Diantaranya metode remediasi kimia, penggunaan oil skimmer, penyemprotan dispersant, dan pembakaran in-situ. Akan tetapi, metode tersebut membutuhkan waktu yang lama, mahal, serta mengandung bahan yang tidak bisa diuraikan oleh alam (nonbiodegradable) sehingga menambah toksisitas terhadap lingkungan.
“Metode yang banyak dikembangkan saat ini dan dianggap efektif yaitu penggunaan bioadsorben yang dinilai ramah lingkungan sehingga tidak berdampak negatif terhadap ekosistem laut. Salah satu bioadsorben yang dikembangkan adalah aerogel, yakni bahan padat namun dengan kepadapatan rendah atau massa jenis rendah sehingga dapat menyerap bahan tertentu seperti minyak. Bedanya kami membuat aerogel berbahan biomassa yakni limbah tanaman rami. Tanaman rami dipilih karena memiliki kandungan selulosa tinggi yaitu mencapai 88,5 persen dan ketersediannya yang melimpah di indonesia,” jelas Sofia.
Tidak hanya menggunakan limbah batang rami, ketiga mahasiswa yang dibimbing oleh dosen Program Studi Teknik Kimia FT, Dr. M. Maktum Muharja Al Fajri, lantas menambahkan materi graphene oxide (GO) dan N,N’ Methylenebisacrylamide (MBA). Penambahan kedua bahan tadi dalam sintesis aerogel untuk mendapatkan kapasitas penyerapan minyak yang lebih tinggi. Penelitian ketiganya berjudul “Valorisasi Biomaterial Limbah Batang Rami terkombinasi GO/MBA Sebagai Adsorben Kapasitas Tinggi Pada Aplikasi Tumpahan Minyak di Laut” dipresentasikan dalam Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional 2022 bidang Riset Eksakta di Universitas Muhammadiyah Malang, pada 30 November hingga 4 Desember 2022 lalu.
“Secara garis besar cara pembuatannya dimulai dengan penghalusan batang rami dilanjutkan delignifikasi atau menghilangkan kandungan lignin menggunakan larutan soda api. Kemudian dilanjutkan proses pemutihan atau bleaching menggunakan Natrium hipoklorit lalu dicuci dan dikeringkan pada suhu 100 derajat Celsius selama 2 jam. Sintesis aerogel dilakukan menggunakan campuran GO/MBA dan bahan lainnya,” imbuh Difka yang bersama koleganya melakukan penelitian selama 4 bulan semenjak bulan Juni di Laboratorium Kimia Organik FMIPA dan laboratorium CDAST Universitas Jember.
Dalam proses selanjutnya di laboratorium, kemampuan aerogel berbahan rami ciptaan ketiganya dicoba dengan cara menyampurkan solar jenis Dexlite dengan air. “Ternyata aerogel berbahan rami yang kami kembangkan memiliki kapasitas adsorpsi tinggi, yakni mampu menyerap minyak sebanyak 8,55 gram/gram. Sementara dalam penelitian sebelumnya, aerogel dengan bahan spons luffa hanya mampu menyerap minyak sebanyak 5,2 gram/gram saja,” ungkap Khoirun.
Ketiganya berharap hasil penelitiannya bisa menjadi sumbangsih nyata terhadap upaya mengatasi tumpahan minyak di lautan. Mengingat kejadian serupa juga pernah terjadi di Indonesia. Apalagi aerogel berbahan rami terbuat dari biomassa sehingga ramah lingkungan dan mudah didapat di Indonesia. “Biaya pembuatannya pun murah, jika dihitung ongkos pembuatan aerogel berbahan rami ini hanya sekitar 7.500 rupiah per gramnya,” pungkas Difka mengakhiri diskusi. (iim)