Jember, zonamerdeka.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berusaha meningkatkan produksi gas bumi Indonesia. Peningkatan produksi gas bumi ini dalam rangka transisi menuju penggunaan Energi Baru Terbaharukan (EBT) guna memenuhi target _zero emmision_ di tahun 2060 yang dicanangkan oleh pemerintah Presiden Jokowi. Gas bumi tersebut diproyeksikan menggantikan bahan bakar fosil seperti minyak bumi dan batu bara yang dinilai banyak menghasilkan polusi.
Paparan informasi ini disampaikan oleh _Bussines Support Specialist_ SKK Migas Jawa Bali dan Nusa Tenggara (Jabanusa), Dimas A.R. Pear, dalam acara kuliah umum bertema “Kontribusi Hulu Migas Terhadap Ketahanan Energi Nasional” yang digelar di gedung auditorium Universitas Jember (31/5). Kegiatan ini adalah hasil kerja sama antara SKK Migas Jabanusa dan Universitas Jember.
Menurut Dimas A.R. Pear, pilihan meningkatkan produksi gas bumi didasari pada kenyataan saat ini Indonesia bukanlah penghasil minyak bumi lagi, bahkan semenjak tahun 2004 lalu sudah menjadi negara pengimpor bahan bakar minyak. Di lain sisi, berdasarkan British Petroleum Outlook tahun 2022, ternyata cadangan produksi gas bumi Indonesia ternyata dua kali lebih banyak daripada cadangan produksi minyak bumi.
“Dari data yang ada, lima puluh persen penemuan sumur eksplorasi baru dalam satu dekade terakhir ini di Indonesia berupa gas bumi. Begitu pula dengan tujuh puluh persen rencana pengembangan para kontraktor kontrak kerjasama atau perusahaan pengeboran minyak adalah pengembangan gas bumi. Kami perkirakan konsumsi gas bumi hingga tahun 2050 nanti akan tumbuh 298 persen,” ujar Dimas A.R. Pear dihadapan peserta kuliah umum yang didominasi oleh mahasiswa Universitas Jember.
SKK Migas Jabanusa sendiri pada tahun 2022 berhasil memproduksi 598,61 juta Standar Kaki Kubik per Hari gas atau MMSCFD. Jumlah ini adalah 9 persen dari total produksi gas bumi nasional. Kementerian ESDM sendiri menargetkan SKK Migas Jabanusa akan mampu memproduksi 873,26 juta Standar Kaki Kubik per Hari gas atau MMSCFD di tahun 2023. Jika target ini terpenuhi maka SKK Migas Jabanusa akan menyumbangkan 12,3 persen bagi total produksi gas bumi nasional.
Namun, meskipun akan lebih berfokus pada pengembangan dan peningkatan produksi gas bumi, SKK Migas tak lantas berhenti mengekplorasi potensi minyak bumi di nusantara. Pasalnya pemerintah melalui Kementerian ESDM menargetkan produksi 1 juta barrel per hari di tahun 2030. Target ini dibebankan kepada SKK Migas karena minyak bumi masih menjadi salah satu andalan penghasilan terbesar bagi negara. Pada tahun 2021 lalu, gabungan produksi minyak bumi dan gas bumi menyumbangkan 96,62 trilyun rupiah bagi pemasukan negara.
Penetapan target 1 juta barrel per hari tersebut ditanyakan oleh Surya, mahasiswa Program Studi Teknik Perminyakan Fakultas Teknik dan Cecilia, mahasiswi Program Studi Administrasi Bisnis FISIP Universitas Jember pada sesi diskusi. Keduanya menanyakan program apa saja yang akan dilakukan oleh SKK Migas guna memenuhi target Kementerian ESDM tersebut.
“Ada beberapa langkah yang dilakukan oleh SKK Migas untuk memenuhi target 1 juta barrel per hari di tahun 2030. Pertama memaksimalkan ladang minyak yang sudah ada, berusaha menemukan ladang minyak yang baru, dan mengambil minyak bumi di ladang minyak yang sudah tidak aktif melalui cara _chemical enhanced oil recovery_. SKK Migas juga mendorong kontraktor kontrak kerjasama atau perusahaan pengeboran minyak giat mencari ladang minyak baru dan berinovasi karena pemerintah akan memberikan insentif perpajakan. Produksi minyak bumi masih menjadi sumber pemasukan negara dan tetap layak diusahakan di saat harga bahan bakar minyak dunia yang makin mahal gegara konflik berskala global seperti perang Rusia dengan Ukraina,” jawab Dimas A.R. Pear.
Selain menghadirkan pemateri _Bussines Support Specialist_ SKK Migas Jabanusa, peserta kuliah umum juga mendapatkan penjelasan bagaimana perusahaan pengeboran minyak beroperasi. Informasi ini disampaikan oleh _Field Relations Offshore_ Medco Energy, Heddy Boestami yang perusahaannya tengah mengebor minyak bumi di lepas pantai pulau Madura. Para mahasiswa juga mendapatkan tambahan ilmu dan praktek bagaimana merintis karier di perusahaan pengeboran minyak dari Reza Kumbara yang merupakan _Head of Human Resources Center Expertise_ PT Husky-CNOOC Madura Limited.
Sementara itu dalam pidatonya, _Head of Formalities and Communications Departement SKK Migas, Febrian Ihsan menjelaskan kegiatan kuliah umum adalah salah satu cara SKK Migas mendekatkan diri dengan para pemangku kepentingannya. Seperti juga SKK Migas Jabanusa yang memiliki wilayah kerja di Jawa Timur maka perlu menjalin hubungan baik dengan dunia pendidikan tinggi seperti Universitas Jember. Harapannya, sivitas akademika Universitas Jember memahami peran dan fungsi SKK Migas Jabanusa dalam pembangunan Indonesia.
Dukungan juga datang dari Rektor Universitas Jember, Iwan Taruna. Menurutnya kegiatan kuliah umum menjadi pintu masuk menjalin kerjasama lebih lanjut di berbagai bidang. Apalagi di era Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM), dunia pendidikan tinggi didorong memiliki keterkaitan dengan dunia industri. Bentuk kerjasama yang akan dikerjakan diantaranya magang mahasiswa dan dosen, penelitian bersama hingga praktisi mengajar di kampus Universitas Jember. (Ton)