Banyuwangi, zonamerdeka.com - Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, Banyuwangi dipadati ratusan masyarakat yang sudah sangat menantikan tradisi ritual adat Kebo-keboan pada Minggu (30/07).
Pusat ritual Kebo-keboan digelar di simpang empat jalan desa, tepatnya di depan Balai Dusun Krajan, Desa Alasmalang.
Gapura selamat datang yang berhiaskan ornamen hasil bumi berupa sayur dan buah-buahan menyambut pengunjung dari empat sisi.
Ritual ini pun, turut menjadi ladang rezeki bagi para pedagang yang menggelar lapaknya di sepanjang jalan menuju lokasi ritual.
Bupati Banyuwangi Ipuk Festiandani hadir secara langsung dalam ritual adat ini. Ipuk mengungkapkan rasa terima kasihnya terhadap tokoh masyarakat, panitia serta masyarakat pada umumnya yang terus melestarikan kearifan lokal ini. Dalam kesempatan tersebut, hadir pula Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas.
“Ritual ini merupakan agenda tahunan yang merupakan bentuk ikhtiar masyarakat kepada Tuhan sehingga ritual ini mengandung makna yang baik. Atas nama Pemkab, kami sangat mendukung semua kegiatan masyarakat. Pemkab berkomitmen mendukung dan mempromosikan berbagai kegiatan budaya. Semoga dengan ritual ini, hajat kita dapat dikabulkan Tuhan,” kata Ipuk.
Kebo-Keboan Alasmalang merupakan ritual adat yang dilakukan oleh masyarakat petani. Ritual ini telah ada sejak abad ke-18.
Kebo-Keboan dibawakan oleh pemuda yang merias dirinya seperti hewan kerbau. Mereka melumuri diri dengan cairan berwarna hitam serta menggunakan tanduk dan rambut palsu.
Setiap tahunnya, ritual ini diadakan di awal Bulan Suro. Ritual Kebo-Keboan Alasmalang diwali dengan makan tumpeng bersama sebagai bentuk silaturahmi dan ramah tamah. Para jajaran Pemkab serta tokoh masyarakat duduk bersama di jalan untuk menyantap tumpeng yang telah disiapkan.
Setelah sesi makan tumpeng usai, panitia mulai menyiapkan jalan yang akan menjadi rute arak-arakan Kebo-keboan. Rombongan Kebo-keboan hadir dengan membawa keseruan.
Kebo-keboan sesekali mengoleskan riasan hitam mereka ke penonton, para penonton pun turut meneriaki Kebo.
Arak-arakan dimeriahkan oleh barisan ibu-ibu yang tampil sebagai petani. Mereka mengenakan pakaian adat khas Suku Osing sembari memakai topi tani dan menggendong wakul yang berisi hasil panen.
Tak ketinggalan, kesenian barong dan reog setempat pun juga ikut dalam arak-arakan. Barisan terakhir diisi oleh para penari kuntulan yang diikuti oleh penabuh rebana.
Arak-arakan dimulai dari arah barat, ke utara, lalu ke timur, ke selatan dan kembali lagi ke utara.
Ritual Kebo-Keboan merupakan sebuah manifestasi rasa syukur masyarakat Desa Alasmalang yang sebagian besar berprofesi sebagai petani.
Kehadiran sosok Kebo dalam ritual tersebut, merepresentasikan tenaga alam yang digunakan oleh petani. Di tahun yang akan datang, Kebo-keboan diharapkan terus membantu petani dalam mengolah sawah sehingga mendapat hasil panen yang melimpah. (ton)