Jember, zonamerdeka.com - Universitas Jember, menambah jajaran guru besarnya. Kali ini ada delapan guru besar baru yang dikukuhkan oleh Ketua Senat dan Rektor Universitas Jember di gedung auditorium kampus Tegalboto (29/1). Uniknya, ada empat guru besar baru yang mendalami bidang keilmuan terkait biologi. Tiga guru besar berasal dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Mereka adalah Prof. Dr. Anak Agung Istri Ratna Dewi, S.Si., M.Si., guru besar bidang ilmu Biokimia di Program Studi Kimia, Prof. Dr. Kahar Muzakhar, S.Si., guru besar bidang ilmu Mikrobiologi di Program Studi Biologi serta Prof. Dr. rer nat. Kartika Senjarini, S.Si., M.Si., guru besar bidang ilmu Biologi Molekuler di Program Studi Biologi. Dan, Prof. Erlia Narulita, S.Pd., M.Si., Ph.D., guru besar bidang ilmu Bioteknologi di Program Studi Pendidikan Biologi FKIP.
Sementara keempat guru besar lainnya adalah Prof. Dr. Didik Sugeng Pambudi, MS., guru besar bidang ilmu Pendidikan Matematika di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Prof. Dr. Ari Satia Nugraha, S.F., G.DipSc., MSc-res., Apt., Ph.D., guru besar bidang ilmu Kimia Medisinal Fakultas Farmasi. Selanjutnya ada Prof. Dr. Alwan Sri Kustono, SE., MSi., Ak., guru besar bidang ilmu Akuntansi Manajemen di Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB). Serta, Prof. Drs. Abubakar Eby Hara, MA., Ph.D., guru besar bidang ilmu Hubungan Internasional di Program Studi Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FSIP).
Tambahan delapan guru besar ini disambut dengan rasa syukur oleh Rektor Universitas Jember. Dalam pidato pengukuhannya, Iwan Taruna menegaskan kembali tambahan delapan guru besar akan meningkatkan rekognisi dan reputasi Universitas Jember. Oleh karena itu Iwan Taruna meminta semua guru besar terus meningkatkan karya dan inovasi dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi yang bermanfaat langsung bagi masyarakat.
Kedua, rektor meminta semua guru besar selalu menjaga idealisme sebagai pendidik yang bertugas untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru besar juga dituntut untuk mengedepankan integritas, jujur, konsisten dan obyektif serta menjadi teladan bagi kolega dosen dan mahasiswanya.
“Jika di tahun 2020 hanya ada 54 guru besar, alhamdulillah di tahun 2024 ini sudah ada 74 guru besar aktif. Insyaallah di tahun 2028 jumlahnya sudah di atas seratus guru besar. Pengukuhan delapan guru besar hari ini juga akan menjadi tambahan energi bagi Universitas Jember yang akan bertransformasi menjadi PTN-Berbadan Hukum,” jelas Iwan Taruna.
Seusai dikukuhkan oleh Ketua Senat dan Rektor Universitas Jember, sesuai tradisi para guru besar menyampaikan orasi ilmiah. Pada kesempatan pertama Prof. Didik Sugeng Pambudi menjabarkan pentingnya Model Outdoor Learning Mathematics Project (OLMP): Alternatif untuk Meningkatkan Sikap Positif dan Prestasi Matematika Siswa Indonesia. Pasalnya menurut hasil pengukuran Programme for International Student Assessment (PISA) tahun 2020 hingga 2022, kemampuan matematika pelajar Indonesia masih berada di level 2. Jauh dari standar yang mensyaratkan kemampuan matematika di level 5.
“Padahal kemampuan matematika menjadi modal penting memasuki bidang Science, Technology, Engineering, Art and Mathematics atau STEAM di era digital saat ini. Oleh karena itu saya menawarkan solusi dengan Model Outdoor Learning Mathematics Project atau OLMP bagi guru matematika. Model OLMP mengintegrasikan model Project Based Learning dengan Outdoor Learning Mathematics. Tujuannya membimbing siswa belajar secara kolaboratif dan kreatif untuk mengaitkan konsep matematika dan menerapkannya dalam memecahkan masalah kontekstual yang berkaitan dengan lingkungan di dalam dan luar kelas dalam bentuk proyek,” jelas guru besar asal Palembang ini.
Giliran kedua diperoleh Prof. Dr. Anak Agung Istri Ratna Dewi. Guru besar asli Denpasar ini mengangkat pentingnya peran enzim sebagai ‘mesin’ di banyak bidang kerja yang mengaplikasikan biokimia, seperti di industri pertanian-perkebunan, pangan, farmasi hingga kesehatan. Sebagai contoh industri yang mengolah produk pertanian dan perkebunan dihadapkan pada masalah limbah. Padahal jika limbah tadi diolah dengan bantuan enzim tertentu maka akan menghasilkan beragam keuntungan.
“Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, maka enzim Xilanolitik dari Bacillus sp dalam abdominal rayap dapat berfungsi sebagai pendegradasi biomassa untuk menghasilkan prebiotik Xilooligosakarida. Dan Xilooligosakarida atau XOS dapat meningkatkan kesehatan saluran pencernaan, metabolisme dan produktivitas ayam broiler. Pada praktek pemberian XOS dari limbah kulit kopi di peternakan ayam UD Tegal Mas di kecamatan Ajung Jember menunjukkan bobot ayam naik signifikan setelah diberi XOS,” ungkapnya.
Sementara itu Prof. Ari Satia Nugraha, guru besar bidang ilmu Kimia Medisinal Fakultas Farmasi menawarkan sekaligus mengingatkan hadirin akan betapa besarnya potensi tanaman di nusantara sebagai sumber agen anti kanker. Betapa tidak, dari 40 ribu jenis tanaman, para peneliti telah mengidentifikasi 6 ribu diantaranya berpotensi menjadi bahan atau calon obat termasuk sumber agen anti kanker.
“Salah satu potensi tersebut adalah Lichen atau lumut kerak yang merupakan organisme komposit unik yang muncul dari hubungan simbiosis alga dan jamur. Lichen bisa tumbuh di daerah dekat permukaan laut hingga pegunungan, dan dari daerah kutub sampai ke daerah tropis. Di Indonesia, Lichen tumbuh berkembang dengan subur, termasuk di daerah kita sendiri seperti di Taman Nasional Meru Betiri hingga di kampus Tegalboto sendiri, bahkan saya menemukan ada lima spesies Lichen di kampus kita. Sayangnya riset mengenai potensi lumut kerak sebagai bahan atau calon obat kanker masih minim, padahal berpotensi melawan kanker paru, kanker hati hingga leukimia,” kata lulusan doktoral dari University of Wollongong Australia ini.
Hadirin kemudian diajak menyelami keajaiban dunia mikrobiologi untuk kesejahteraan manusia dan lingkungan oleh Prof. Kahar Muzakhar. Guru besar bidang ilmu Mikrobiologi Terapan ini lantas mencontohkan betapa mengasyikkannya mempelajari organisme yang tak dapat diamati mata telanjang namun memiliki kemampuan luar biasa dalam hidup ini.
Menurutnya mikroorganisme, seperti bakteri atau fungi menjadi “pabrik mini” atau bahkan boleh disebut sebagai “invisible-microbiofactory”, yaitu pabrik hidup yang sangat kecil yang telah membuktikan sudah teruji mampu beroperasi selama berjuta-juta tahun mengikuti irama segala peristiwa maha dahsyat di alam, termasuk beragam perubahan alam atau dikenal sebagai peristiwa evolusi.
“Dengan mempelajari dan melakukan riset di bidang mikrobiologi maka banyak keuntungan akan kita dapatkan. Mulai dari keuntungan secara ekonomis karena biaya perolehan, perawatan, dan manipulasi mikroba lebih rendah dibandingkan dengan tanaman atau hewan yang digunakan dalam proses produksi. Microbiofactory juga merupakan greenfactory karena produksi lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Dengan mengkonfigurasi mikroorganisme secara genetis, kita dapat menghasilkan produk baru atau meningkatkan produksi senyawa yang sulit diperoleh melalui metode konvensional. Ini dapat diaplikasikan pada produksi obat-obatan, bahan kimia, atau bahan bakar biologis,” ungkapnya menyebutkan beberapa keuntungan dari riset mikrobiologi.
Jika empat guru besar sebelumnya berlatar belakang sainteks, maka urutan selanjutnya Prof. Dr. Alwan Sri Kustono membawakan orasi dari rumpun sosial humaniora. Guru besar bidang ilmu Akuntansi Manajemen di Program Studi Akuntansi FEB ini menyajikan tema mengenai bagaimana seharusnya akuntansi ditempatkan dalam sebuah organisasi. Menurutnya banyak pihak yang masih menganggap pelaksanaan akuntansi hanya menghasilkan produk akhir berupa laporan keuangan atau kewajiban perpajakan sehingga sering dianggap sebagai beban perusahaan atau lembaga.
“Padahal jika dilaksanakan dengan baik maka akuntansi bisa menjadi roh stratejik sebuah perusahaan atau lembaga. Sebab proses dalam akuntansi akan menghasilkan banyak data dan informasi penting guna pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masa depan perusahaan atau lembaga. Oleh karena itu keterbukaan data terutama data keuangan dan pemahaman pelaku organisasi bahwa akuntansi sebagai alat aksi masih perlu ditingkatkan,” urai Prof. Alwan Sri Kustono.
Seperti koleganya Prof. Anak Agung Istri Ratna Dewi dan Prof. Kahar Muzakhar, Prof. Kartika Senjarini, juga berkecimpung di bidang yang juga tak kasat mata, yakni bidang ilmu Biologi Molekuler di Program Studi Biologi FMIPA. Kemajuan biologi saat ini menurutnya sangat bergantung pada pemahaman biologi molekuler. Namun walaupun tak kasat mata, justru biologi molekuler adalah harapan bagi banyak permasalahan di dunia. Beragam aplikasinya digunakan di berbagai sendi kehidupan. Sebut saja di bidang kesehatan untuk mencari obat berbagai penyakit, pencarian bibit unggul tanaman di bidang pertanian hingga solusi pencemaran lingkungan.
Seperti yang dilakukan Prof. Kartika Senjarini yang kini fokus meneliti substansi dalam air liur nyamuk anopheles sebagai vector penyebar penyakit malaria. “Yang saya lakukan adalah menurunkan infektifitas patogen yang ditransmisikan dan sekaligus mengendalikan transmisinya. Pengembangan vaksin berbasis molekul protein dalam saliva vektor nyamuk ini merupakan pendekatan baru yang saat ini semakin banyak diteliti oleh para ilmuan di dunia. Vaksin dengan model ini kemudian dikenal sebagai Transmission Blocking Vaccine,” jelasnya.
Sementara itu, Prof. Abubakar Eby Hara, guru besar bidang ilmu Hubungan Internasional FISIP berusaha menjelaskan kondisi dunia internasional saat ini yang masih belum lepas dari konflik dan peperangan. Mulai dari perang Rusia versus Ukraina hingga yang terbaru, agresi Israel ke Palestina. Sepertinya adagium bersiaplah berperang jika ingin berdamai menemukan pembenaran.
Menurut lulusan Australian National University ini, sudah saatnya paradigma ilmu Hubungan Internasional berubah, tidak hanya berinduk dari pengalaman dan teori dunia barat atau belahan bumi utara saja. Pasalnya negara-negara di belahan bumi Selatan termasuk Indonesia juga memiliki konsep bagaimana membina hubungan antar bangsa atau Hubungan Internasional.
“Pengalaman dan peradaban di belahan bumi Selatan atau Global South seperti peradaban India, China, Islam dan sebagainya dapat menjadi contoh membangun paradigma baru hubungan internasional. Dalam konteks pengalaman Indonesia, inisiatif, keikutsertaan serta semangat di Konferensi Asia Afrika dan Gerakan Non Blok bisa menjadi acuan kerja sama di Tingkat dunia. Sementara di Tingkat regional maka kiprah ASEAN bisa menjadi contoh mengingat Kawasan Asia Tenggara relatif lebih damai dibandingkan kawasan lainnya,” tutur Prof. Abu Bakar Eby Hara.
Guru besar terakhir yang tampil sekaligus paling muda adalah Prof. Erlia Narulita. Masih terkait biologi juga, bedanya Prof. Erlia Narulita lebih banyak mempelajari bioteknologi khususnya khususnya bakteriofag bidang kesehatan dan rekayasa genetikanya. Tampil dengan orasi ilmiah berjudul Bacteriophage Engineering: Alternatif Terapi untuk Multidrug Resistance, professor asli Jember ini menjelaskan bagaimana memanfaatkan bakteriofag yakni virus yang secara khusus menginfeksi bakteri tertentu guna mengatasi gejala resisten terhadap obat.
Menurut Prof. Erlia Narulita bakteriofag diartikan sebagai pemakan bakteri. Pemanfaatan bakteriofag kini digalakkan kembali setelah para peneliti melihat adanya gejala resisten terhadap obat khususnya antibiotik. Meski bakteriofag termasuk dalam golongan virus, namun bakteriofag hanya menginfeksi bakteri penyebab penyakit dan tidak dapat menginfeksi manusia, sehingga dapat dikatakan aman untuk mengobati penyakit infeksi pada manusia.
Saat ini Prof. Erlia Narulita sedang melakukan penelitian terkait pengeditan genom pada bakteriofag penginfeksi bakteri patogen Salmonella. Seperti diketahui bakteri Salmonella adalah pencetus penyakit seperti diare, infeksi usus hingga kram perut. Biasanya gejala penyakit tersebut di atasi dengan pemberian antibiotika. Namun jika pemakaian antibiotika tak terkendali maka justru membuat resisten.
“Bakteriofag menghadirkan solusi alternatif untuk beberapa masalah di bidang keamanan pangan, pertanian, dan kedokteran. Sejumlah besar penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa bakteriofag memiliki aplikasi luas terhadap berbagai masalah penting, termasuk memberikan solusi yang menjanjikan dalam mengobati infeksi penyakit,” tuturnya. (iim)