Zonamerdeka.com - Tarif timbal balik antara AS dan China telah melebihi 100 persen. Tetapi kebijakan itu bukanlah akhir dari kenaikan tarif dari Amerika Serikat, menurut pernyataan dari Gedung Putih. Peningkatan menjadi 245 persen itu merupakan balasan dari Amerika terhadap China yang mengeluarkan kebijakan tarif 125 persen.
Gedung Putih mencatat bahwa pada hari pertama, Presiden Donald Trump mengumumkan kebijakan perdagangan America First untuk membuat ekonomi Amerika bangkit kembali.
"Pada saat pengumuman pertama (2 April - red.), Presiden Trump mengenakan tarif sebesar 10 persen pada semua negara dan tarif timbal balik yang lebih tinggi secara individual pada negara-negara yang memiliki defisit perdagangan terbesar dengan AS guna menyeimbangkan persaingan dan melindungi keamanan nasional Amerika," kata administrasi kepresidenan AS.
Menurut data mereka, lebih dari 75 negara telah menghubungi Washington dengan untuk membahas perjanjian perdagangan baru.
"Akibatnya, tarif yang lebih tinggi yang bersifat individual saat ini dihentikan sementara di tengah diskusi ini, kecuali untuk Tiongkok yang melakukan upaya balasan. Tiongkok kini menghadapi tarif hingga 245% atas impor ke Amerika Serikat sebagai akibat dari tindakan balasannya," bunyi pernyataan tersebut.
Tarif Trump terhadap Tiongkok
Donald Trump awalnya mengenakan tarif tambahan sebesar 20 persen terhadap China, kemudian menaikkannya sebesar 34 persen. Presiden AS menaikkan tarif setiap kali China mengumumkan tindakan balasan.
Minggu lalu, Trump menaikkan tarif atas barang-barang China menjadi 145%, sementara juga mengumumkan penghentian sementara tarif selama 90 hari atas barang-barang dari negara lain.
Langkah ini mendorong Beijing untuk menaikkan tarif atas barang-barang Amerika hingga 125%. Namun, Tiongkok menyatakan bahwa mereka tidak akan menaikkan tarif lebih lanjut jika Washington terus menaikkan taruhannya.
Para analis berpendapat bahwa kenaikan tarif bersama dapat membuat perdagangan antara dua ekonomi terbesar di dunia menjadi mustahil, karena bea masuk yang melebihi 35% menghancurkan keuntungan bagi eksportir China dan membuat barang-barang Amerika menjadi terlalu mahal di China. ***
